Di sebuah pinggiran kota, masih terdapat orang-orang yang serba
kekurangan. Hidup pas-pasan dengan tempat tinggal yang sangan memperhatikan. Di
antara sekian banyak keluarga yang di sana, ada satu keluarga Husain, terdiri
dari bapak dan ibunya, Husain dan adiknya bernama Ali, dan adik perempuanya
bernama Siti. Mereka hidup sangat sederhana tetapi dengan keterbatasan ekonomi,
mereka di beri kelebihan yang sangat luar biasa yaitu keimanan yang sangat
kuat, hanya satu yang mereka takutkan adalah Allah swt. Kekeluargaan yang erat
dan kepintaran yang luar biasa yang dimiliki ketiga anak tersebut.
Husain adalah anak yang sangat cerdas, kecerdasannya tidak dapat di
ragukan lagi, bahkan dalam bidang olahraga pun dia menguasainya, terutama pada
bidang olah raga sepak bola. SMA 1 Jakarta adalah tempat Husain menuntut ilmu,
di sekolah ini akan mengikuti kompetisi sepak bola dan SMA 1 Jakarta masuk
final, Husain kali ini di percayakan sebagai kapten oleh pelatih, mau tidak mau
ia harus menerimanya, tetapi yang membuat dia tidak percaya diri adalah karena
kekurangannya dalam berpenampilan terutama dalam memiliki “sepatu bagus.” Jelas
jika ia mengikuti kompetisi tersebut ia harus mempunyai sepatu yang bagus dan
nyaman di gunakan dan ia juga akan merasa malu terhadap lawan dan kawannya
karena hanya memiliki sepatu yang sangat tidak layak untuk digunakan.
“Saya mengudurkan diri menjadi kapten” kata Husain. “Kenapa? Saya
sudah melihat kamu bermain dan kamu sangat berbakat, kamu mempunyai keahlian untuk
memimpin teman-temanmu di lapangan dan teman-temanmu pun mendukung keputusan
saya” kata pelatih. “Saya tidak pantas pak, saya tidak dapat memakai sepatu
yang bermerek mahal dan bagus, saya juga merasa malu” kata Husain.
Husain pun pergi dengan muka yang sangat kecewa becampur sedih dan sang
pelatih hanya bisa terdiam saja tidak dapat bekata lagi. Teman satu tim pun
sangat heran kenapa Husain mengundurkan diri, padahal waktu pertandingan hanya
tinggal menghitung hari. Teman-temanya berusaha mendatangi rumahnya dan
membujuk Husain untuk kembali menjadi kapten dalam tim. Cara itu pun tidak
berhasil di lakukan, ia masih tidak percaya diri kalau dipilih menjadi kapten.
Husain di ajak bicara oleh ibu dan bapaknya, mereka memberi semangat
pada Husain. Karena tetesan air mata dan bujukan seorang ibu, Husain pun
hatinya tersentuh, dan ia memutuskan kembali memimpin teman-temannya untuk
mengikuti final dalam kompetisi tersebut.
Pertandingan akan di mulai beberapa jam lagi, Husain datang tepat
waktu. Dengan menggunakan sepatu yang biasa ia gunakan tanpa memperdulikan apa
kata orang nanti. Husain langsung bertemu pelatih dan pelatih pun menyuruhnya
langsung ke lapangan. Tanpa berfikir lagi ia langsung berlari ke tengah
lapangan dengan iringan tepuk tangan dan sorak-sorak penonton yang sudah
menunggu kedatangan kapten Husain.
Pertandinagan telah usai, dan
sekolah SMA 1 Jakarta mendapat juara pertama dalam kompetisi tersebut. Husain
pun mendapatkan penghargaan manjadi pemain terbaik dalam kompetisi tersebut.
Pada saat Husain pulang ia bertemu seseorang yang diutus dari club besar
nasional, dan ternyata Husain di ajak bermain di club tersebut, tanpa biaya
sedikit pun. Husain pun sangat senang dan bersyukur. Ia mulai berfikir bahwa
ekonomi tidak akan menghambat bakatnya dalam berolahraga jika ia berjuang
semaksimal mungkin walupun dengan sepatu yang tidak mahal pasti bisa menggapai
cita-citanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar