Seseorang akan benar-benar kuat jika dia melindungi orang yang berharga baginya

Rabu, 30 November 2011

CERPEN "Mutiara di Pinggir Kota"

Di sebuah pinggiran kota, masih terdapat orang-orang yang serba kekurangan. Hidup pas-pasan dengan tempat tinggal yang sangan memperhatikan. Di antara sekian banyak keluarga yang di sana, ada satu keluarga Husain, terdiri dari bapak dan ibunya, Husain dan adiknya bernama Ali, dan adik perempuanya bernama Siti. Mereka hidup sangat sederhana tetapi dengan keterbatasan ekonomi, mereka di beri kelebihan yang sangat luar biasa yaitu keimanan yang sangat kuat, hanya satu yang mereka takutkan adalah Allah swt. Kekeluargaan yang erat dan kepintaran yang luar biasa yang dimiliki ketiga anak tersebut.

Husain adalah anak yang sangat cerdas, kecerdasannya tidak dapat di ragukan lagi, bahkan dalam bidang olahraga pun dia menguasainya, terutama pada bidang olah raga sepak bola. SMA 1 Jakarta adalah tempat Husain menuntut ilmu, di sekolah ini akan mengikuti kompetisi sepak bola dan SMA 1 Jakarta masuk final, Husain kali ini di percayakan sebagai kapten oleh pelatih, mau tidak mau ia harus menerimanya, tetapi yang membuat dia tidak percaya diri adalah karena kekurangannya dalam berpenampilan terutama dalam memiliki “sepatu bagus.” Jelas jika ia mengikuti kompetisi tersebut ia harus mempunyai sepatu yang bagus dan nyaman di gunakan dan ia juga akan merasa malu terhadap lawan dan kawannya karena hanya memiliki sepatu yang sangat tidak layak untuk digunakan.

“Saya mengudurkan diri menjadi kapten” kata Husain. “Kenapa? Saya sudah melihat kamu bermain dan kamu sangat berbakat, kamu mempunyai keahlian untuk memimpin teman-temanmu di lapangan dan teman-temanmu pun mendukung keputusan saya” kata pelatih. “Saya tidak pantas pak, saya tidak dapat memakai sepatu yang bermerek mahal dan bagus, saya juga merasa malu” kata Husain.

Husain pun pergi dengan muka yang sangat kecewa becampur sedih dan sang pelatih hanya bisa terdiam saja tidak dapat bekata lagi. Teman satu tim pun sangat heran kenapa Husain mengundurkan diri, padahal waktu pertandingan hanya tinggal menghitung hari. Teman-temanya berusaha mendatangi rumahnya dan membujuk Husain untuk kembali menjadi kapten dalam tim. Cara itu pun tidak berhasil di lakukan, ia masih tidak percaya diri kalau dipilih menjadi kapten.

Husain di ajak bicara oleh ibu dan bapaknya, mereka memberi semangat pada Husain. Karena tetesan air mata dan bujukan seorang ibu, Husain pun hatinya tersentuh, dan ia memutuskan kembali memimpin teman-temannya untuk mengikuti final dalam kompetisi tersebut.

Pertandingan akan di mulai beberapa jam lagi, Husain datang tepat waktu. Dengan menggunakan sepatu yang biasa ia gunakan tanpa memperdulikan apa kata orang nanti. Husain langsung bertemu pelatih dan pelatih pun menyuruhnya langsung ke lapangan. Tanpa berfikir lagi ia langsung berlari ke tengah lapangan dengan iringan tepuk tangan dan sorak-sorak penonton yang sudah menunggu kedatangan kapten Husain.

Pertandinagan telah usai, dan sekolah SMA 1 Jakarta mendapat juara pertama dalam kompetisi tersebut. Husain pun mendapatkan penghargaan manjadi pemain terbaik dalam kompetisi tersebut. Pada saat Husain pulang ia bertemu seseorang yang diutus dari club besar nasional, dan ternyata Husain di ajak bermain di club tersebut, tanpa biaya sedikit pun. Husain pun sangat senang dan bersyukur. Ia mulai berfikir bahwa ekonomi tidak akan menghambat bakatnya dalam berolahraga jika ia berjuang semaksimal mungkin walupun dengan sepatu yang tidak mahal pasti bisa menggapai cita-citanya.

 THE END 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar